[Hyde jekyll me] Sinopsis Pinocchio Episode 3 (Bagian 2)
jonygoblog.blogspot.com - [Bagian 1 klik di sini]
Cha Ok berkata caranya sederhana dan sekarang giliran In Ha. Ia memainkan bolpennya menandakan ia tak mau menunggu lama.
In Ha mengambil ponselnya dan mulai memencet nomor telepon restoran itu. Pewawancara lain berbisik-bisik apakah In Ha bisa melakukannya karena ia tak bisa berbohong. Salah satunya berpendapat Cha Ok sengaja melakukan itu agar In Ha gagal. Pewawancara lainnya jadi menduga kalau Cha Ok bukan ibu kandung In Ha karena Cha Ok bersikap sekejam itu.
Telepon sudah tersambung.
Halo, saya ada pertanyaan, kata In Ha. Apa Anda mengijinkan orang merokok di lingkungan Anda?
Kenapa Anda menanyakannya? tanya pemilik restoran.
Karena..... In Ha nampak ragu. Kami menerima info dan kami hanya berusaha memverifikasinya.
In Ha memejamkan matanya menanti respon pemilik restoran.
Info? Orang gila apa.... Klik! Telepon langsung ditutup.
Pupus sudah harapan In Ha. Cha Ok berkata In Ha bahkan tak mampu menangani wawancara sederhana seperti itu dan In Ha benar-benar berpikir mampu menjadi reporter? Untuk melaporkan berita, seorang reporter harus mampu berbohong selama wawancara seperti itu tergantung situasinya.
Karena dgn mengatakan kebohongan maka kebenaran akan muncul, seperti minyak di atas air. Inilah alasannya kenapa seorang Pinocchio tak bisa menjadi reporter.
Dengan perasaan tak keruan, In Ha duduk merenung di dekat ruang wawancara. Waktu berlalu dan wawancara pun usai. Cha Ok bersama pewawancara lain berjalan melewati In Ha yg masih duduk termangu.
Cha Ok mendekati In Ha dan bertanya kenapa In Ha masih ada di sana. In Ha bertanya bisakah ia melihat ponsel ibunya. Untuk apa? Tanya Cha Ok sambil mengeluarkan ponselnya.
In Ha menelepon nomor ibunya. Tapi telepon ibunya tak berbunyi. Selama 13 tahun ni ia telah mengirim ke nomor yg bukan nomor telepon ibunya. Kebenaran itu menghantam In Ha.
Dal Po benar....
Cha Ok mengucapkan selamat tinggal karena rekan-rekannya akan segera pergi.
Ibu... Aku benar-benar merindukanmu, kata In Ha.
Cha Ok memeluk In Ha.
Bagaimanapun ia tetap seorang ibu, kata pewawancara lain yg melihatnya.
In Ha sangat senang. Ia mengangkat tangannya untk balas memeluk ibunya. Tapi...
Maaf, kata Cha Ok pelan. Tapi aku tak memiliki waktu untk merindukanmu.
In Ha tertegun. Cha Ok dgn santai berterima kasih atas usaha In Ha hari ni lalu ia bergabung bersama rekan-rekannya. Poor In Ha :(
Di tempat lain, seorang pemuda tampan bernama Seo Bum Jo (Kim Young Kwang) menerima sms: Kau lebih buruk dari seorang pencuri. Lalu ia menelepon nomor pengirim sms tersebut.
In Ha sedang berjalan terburu-buru melewati lobi MCS ketika ponselnya berbunyi. Dari ibu yg ternyata bukan ibunya. Ia mengangkatnya dgn marah.
Kenapa kau melakukannya? Apa begitu sulit untukmu mengirimiku pesan dan memberitahuku bahwa kau bukan ibuku? Kenapa kau mencuri pesan-pesanku? Aku hanya membodohiku sendiri karena kau! In Ha mulai menangis sambil melihat poster ibunya. Aku menunggu...dan terus menunggu selama 10 tahun terakhir. Kenapa kau melakukannya?! Kenapa kau mencuri pesanku dan membuatku seperti orang bodoh yg menyedihkan!!
In Ha menutup ponselnya dan menangis tersedu-sedu.
Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf... gumam Bum Jo. Ia terlihat merasa bersalah.
Dal Po sedang menunggu di dlm taksinya di seberang gedung MSC. Ia melihat In Ha keluar dari gedung sambil menangis. Dal Po keluar dari taksinya dan menelepon In Ha. In Ha me-reject telepon Dal Po dan mulai cegukan.
Dal Po berlari hendak menyusul In Ha tapi In Ha mengiriminya pesan.
Aku sedang bersama ibuku sekarang jadi aku tak bisa menjawab telepon.
Tentu saja Dal Po tahu In Ha berbohong. Ia melihat ke arah In Ha yg duduk sambil menangis dan cegukan. Ia menarik nafas panjang.
Si bodoh itu..., gumamnya. Ia mengirim pesan bertanya apa yg dikatakan ibu In Ha.
Ibu berkata ia tak percaya betapa cantiknya aku sekarang. Ie memelukku dan memberitahuku bahwa ia merindukanku dan meminta maaf karena tak pernah menelepon.
Kau tak berbohong kan?
Aku mengatakan yg sebenarnya. Mimpimu benar-benar manjur. Aku yakin kau jg akan bertemu orang-orang dlm mimpimu, sama seperti aku bisa melihat ibuku.
Kau ingin aku datang dan menjemputmu?
Tidak, aku bisa pulang sendiri.
Dal Po melihat lampu untk menyeberang menyala hijau. Ia bisa menyeberang menghampiri In Ha, tapi ia mengurungkan niatnya dan kembali ke taksinya.
Tangisan dan cegukan In Ha semakin keras hingga ahjumma yg duduk sebangku dengannya mulai khawatir dan bertanya apakah In Ha sedang sakit. In Ha berkata ia menangis karena ia merasa cegukannya tak akan pernah berhenti (karena ia terus berbohong).
Dal Po pergi sambil meyakinkan dirinya bahwa In Ha bisa mengurus dirinya sendiri. Terlebih setelah peringatan tersembunyi dari ayah In Ha. Tapi ia tak bisa memungkiri perasaannya. Dengan frustrasi Dal Po menyenderkan kepalanya di kemudi. Dan akhirnya ia memutar balik ke tempat In Ha berada.
Tapi In Ha sudah pergi. Seseorang melambaikan tangan untk menghentikan taksinya. Dal Po terkejut saat melihat orang itu adlh Cha Ok. Masa lalunya yg menyakitkan kembali bermunculan.
Ia menghentikan taksinya dan mengangkut Cha Ok sebagai penumpang. Dal Po bertanya apakah Cha OK dari MSC karena ia pernah melihatnya melaporkan berita dari Washington. Cha Ok dgn singkat membenarkan. Dal Po berkata Cha Ok hebat dan ingin meminta tanda tangan. Dengan cuek Cha Ok berkata ia tak memberi tanda tangan.
Seorang temanku mengikuti wawancara akhir di MSC. Dapatkan Anda memberitahu saya hasilnya?
Siapa?
Choi In Ha. Apa Anda ingat dia? Dal Po menatap Cha Ok dari kaca spion.
Kurasa temanmu tak berhasil, Cha Ok balas menatap Dal Po.
Dal Po mengalihkan pandangannya dan berkata ia sudah menduganya. Ia bertanya apa alasan In Ha tak diterima. Cha Ok menjawab karena In Ha memiliki Sindrom Pinocchio.
Itukah sebabnya ia gagal? Karena ia tak berbohong?
Kau bisa menanyakan detilnya padanya. Aku lebih suka berkendara dlm keheningan.
Bukan karena ia puterimu?
Siapa kau? tanya Cha Ok curiga.
Dal Po tersenyum dan berkata ia adlh Paman In Ha. Cha Ok menyuruh Dal Po menghentikan mobilnya. Senyum di wajah Dal Po menghilang. Ih..Dal Po nyeremin kalau lagi galak ;p
In Ha pulang dan mulai memasukkan semua bukunya ke dlm koper besar. Ia jg mengambil pemantik api dan keluar dari rumah bersama koper itu.
Cha Ok dan Dal Po berbicara di pinggir jalan. Cha Ok berkata ia tak ingat In Ha memiliki seorang paman. Jadi siapa Dal Po? Dal Po memperkenalkan dirinya sebagai Choi Dal Po dan kakek mengadopsinya.
Kau mendatangiku karena hubungan yg sepele seperti itu? Sepertinya kau hanya berpura-pura menjadi pamannya. Jika kau hendak melakukannya maka lakukan dgn benar. Sebagai pamannya, bukankah kau seharusnya menghentikan keponakanmu mengejar impian yg sia-sia?
Dal Po balik bertanya apakah menjadi reporter adlh impian sia-sia bagi seorang yg tak bisa berbohong. Cha Ok menekankan bahwa tak ada satupun reporter di negara ni yg memiliki Sindrom Pinocchio.
Aku menanyakan alasannya, bukan statistik, kata Dal Po.
Statistik itulah alasannya. Apa kau pikir tak ada alasan jelas kenapa tak ada reporter yg seperti itu?
Jae Myung sedang makan malam dan minum bersama seorang rekannya. Ia mengirim sms pd orang yg menaruh kertas di kaca truknya (alias Dal Po). Ia tak berniat meminta ganti rugi.
Temannya protes. Justru ni kesempatan untk meminta uang dan memperbaiki truk Jae Myung yg sudah tua. Ia meraih ponsel Jae Myung dan hendak mengetik berapa jumlah uang yg diminta sebagai ganti rugi.
Tapi Jae Myung mengambil kembali ponselnya. Ia tetap tak akan meminta ganti rugi karena hanya sedikit goresan di bempernya.
Dal Po mendapat sms: Ini adlh pemilik truk dgn plat nomor 7954. Aku minta maaf karena balasan yg terlambat, tapi tak perlu mengkhawatirkan bempernya. Dal Po tersenyum.
Teman Jae Myung berkata ia baru-baru ni melihat foto keluarga Jae Myung di dlm truknya. Ia melihat Jae Myung selain memiliki ayah, jg memiliki ibu dan seorang adik. Ia bertanya kenapa Jae Myung tak pernah membicarakan keluarganya.
Mereka sudah tiada, kata Jae Myung berusaha menutupi kesedihannya.
Masih belum ada kabar dari ayahmu? tanya temannya bersimpati.
Belum. Aku bahkan berkeliling negeri ni untk mencarinya tapi aku belum berhasil menemukannya. Aku mencari di semua tempat yg bisa kupikirkan. Jika kau memintaku menggambar peta negara kita, aku bisa menggambar tiap sudut dan celah.
Hei, tak ada kabar adlh berita baik. Aku yakin ayahmu aman dan selamat di suatu tempat.
Jae Myung bertanya apakah temannya mendapat tugas untk menghancurkan pabrik tersebut. Temannya mengiyakan. Pabrik itu cukup besar jadi sepertinya harus diledakkan. Ia bertanya kenapa Jae Myung menanyakannya. Apa Jae Myung tertarik?
Jae Myung meminta temannya mempekerjakannya jika kekurangan orang. Temannya mengiyakan.
Di meja sebelah timbul pertengkaran. Rupanya mereka adlh di manajer pabrik dan dua pegawai yg menyebabkan kebakaran itu. Mreka sedang bertengkar soal uang. Si manajer berhutang uang pd salah satu dari mereka. Manajer meremas kertas jaminan pinjaman dan melemparnya.
Jae Myung melihat kertas itu dan perhatiannya teralih pd percakapan ketiga orang tersebut ketika mendengar mereka menyebut-nyebut kebakaran pabrik.
Manajer pabrik berkata kedua orang tersebut tak boleh memperlakukannya seperti ni karena ia sudah berbohong untk menutupi kebenaran bahwa mereka berdua yg menyebabkan kebakaran.
Salah satu dari mereka menutup mulut manajer. Ia sudah bosan Manajer menyinggung hal tersebut untk meminjam uang dari mereka. Apalagi kejadiannya sudah lebih dari 10 tahun lalu. Temannya yg satu lagi setuju untk membicarakan kejadian tersebut.
Mari kita luruskan. Benar kami yg menyebabkan kebakaran. Tapi kaulah alasan kenapa semua pemadam itu tewas! Kau yg memberitahu mereka bahwa kami masih ada di ruangan boiler. Dan karena itu kepala pemadam kebakaran masuk ke dlm pabrik yg terbakar!
Jae Myung terkejut mendengarnya. Sementara itu ketiga orang tersebut terus bertengkar hingga salah satu dari mereka tak sengaja memegang panggangan yg masih menyala hingga tangannya melepuh. Duh itu ya, kena panggangan saja sudah berteriak kesakitan, apalagi terbakar hidup hidup >,<
Mereka bertiga bergegas pergi ke rumah sakit. Jae Myung mengejar mereka tapi mereka sudah pergi dgn taksi.
Semua itu bohong....semua bohong... gumam Jae Myung sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Sementara itu ponsel Jae Myung bergetar dan temannya melihatnya. Teman Jae Myung membaca balasan sms Dal Po: Terima kasih, tapi jika nanti ada masalah silakan hubungi aku kapan saja. Namaku Choi Dal Po.
Dal Po pulang disambut Kakek yg dgn khawatir bertanya kapan terakhir kali Dal Po berbicara dgn In Ha. Tadi sore, jawab Dal Po.
Kakek jadi panik. Ia berkata In Ha sepertinya kabur dari rumah karena semua bukunya tak ada di kamarnya. Dan jg In Ha tak menjawab telepon. Dal Po bergegas ke kamar In Ha dan melihat rak-rak buku yg kosong.
Kakek berkata Dal Pyung sudah mencarinya sejak berjam-jam lalu tapi belum menemukannya.
Dal Po berlari keluar mencari In Ha. Terdengar suara letusan keras di langit. Langit dipenuhi kembang api. Hal ni meningatkan Dal Po pd malam ibunya mengajaknya melihat kembang api. Sepertinya ia trauma dgn kembang api. Apa yg pernah dianggapnya begitu indah, sekarang terasa sangat menakutkan.
Tapi Dal Po menguatkan dirinya dan fokus mencari In Ha. Di tempat parkir, Dal Po melihat sobekan-sobekan kertas melayang dari atap gedung. Itu adlh sobekan buku In Ha.
Dal Po langsung memikirkan hal yg terburuk bahwa In Ha akan bunuh diri (apalagi ia baru diingatkan akan peristiwa kematian ibunya). Tanpa menunggu lift, ia langsung berlari menaiki tangga menuju atap gedung.
In Ha memasukkan semua bukunya ke dlm tong besar dan menyalakan pemantik api.
Selamat tinggal...impianku...dan segalanya.... Ia membuang pemantik yg menyala itu ke dlm tong. Tapi tunggu punya tunggu, bukunya tak ada yg terbakar. In Ha melihat api pemantik itu padam tertiup angin.
Ia menghela nafas panjang lalu menjulurkan tubuhnya ke dlm tong. Karena terlalu dalam, tubuhnya malah masuk sebagian ke dlm tong.
Ini benar-benar keterlaluan. Bagaimana bisa tak ada satupun yg berjalan dgn baik! seru In Ha frustrasi.
Tiba-tiba ia mendengar suara gedoran pintu atap dan teriakan Dal Po memanggil namanya. In Ha berusaha mengeluarkan tubuhnya dari dlm tong. Untungnya berhasil. Tapi ia panik mendengar suara Dal Po.
In Ha! Choi In Ha! Kau diluar, kan?! Cepat buka pintunya! Jangan lakukan itu, In Ha! teriakan Dal Po makin keras dan ia mulai menendangi pintu.
Bagaimana ini? Bagaimana ini? In Ha mulai cegukan karena tak menjawab Dal Po bahwa ia ada di sana.
Dal Po menenangkan dirinya dan ternyata pintu itu tak dikunci. Ia keluar mencari-cari In Ha tapi In Ha tak ada.
In Ha bersembunyi di balik terpal dan mengintip melihat Dal Po yg panik melihat ke bawah sambil memanggil-manggil namanya.
Ada apa dengannya? Ujarnya dlm hati. Kenapa ia sepanik itu?
In Ha mendengar suara cegukan In Ha dan menoleh. In Ha buru-buru menutupi tubuhnya dgn terpal.
Apa ia melihatku? batinnya.
Ya kelihatan lah....kakinya tak tertutup terpal XD Belum lagi suara cegukannya.
Jangan ke sini! Jangan ke sini! teriaknya dlm hati.
Dal Po menghela nafas lega berkali-kali.
In Ha, aku bisa melihatmu dari sini, ujarnya tegas.
Ia melihatku! In Ha masih tak mau membuka suara.
Dal Po menghampiri terpal. Ia berkata ia sudah tahu In Ha gagal dlm wawancara. Dan ia jg ibu In Ha tak seperti yg In Ha pikirkan selama ini.
Jika kau tahu, tak bisakah kauabaikan saja? tanya In Ha. Ada waktunya aku jg ingin berbohong dan berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja, sama seperti yg orang lain lakukan. Tapi karena aku tak bisa melakukannya, maka aku duduk di luar seperti ini.
Kau tak perlu berpura-pura karena aku tahu betapa terlukanya kau. Tidak apa-apa untk menangis di depanku.
Dal Po membuka terpal dan terdiam saat melihat In Ha memang sedang menangis.
Tidak bisakah kau meninggalkanku sendiri di saat seperti ini? tanya In Ha sedikit kesal.
Dal Po melihat kancingnya yg masih menjadi kalung In Ha. Ia meminta maaf karena ternyata mimpinya bukan mimpi yg bagus.
Bum Jo duduk di mobilnya dan membaca semua sms yg pernah dikirimkan In Ha pd ibu nya.
Aku baru lulus kuliah dan aku pindah ke Seoul.
Aku tak berhasil dlm wawancara pertamaku.
Aku gagal lagi.
Aku baru gagal untk ke-33 kalinya.
Ibu tahu waktu ulang tahunku hampir tiba, kan? Aku tak minta hadiah. Aku hanya ingin bisa berjumpa dgn Ibu. Jika tak bisa, maka telepon? Atau sms?
Bum Jo tersenyum dan nampak ia sudah memutuskan sesuatu. Ia turun dari mobilnya dan masuk ke rumah. Ibu Bum Jo menyambut putera kesayangannya dgn hangat.
Ibu, aku ingin bertemu dengannya, kata Bum Jo.
Siapa yg ingin kautemui? Apa maksudmu gadis Pinocchio itu?
Dal Po mengembalikan buku-buku In Ha dari dlm tong ke dlm koper. In Ha menyuruh Dal Po membiarkan buku-buku itu karena ia akan membakar semuanya.
Kau akan menyerah, baik pd ibumu maupun jadi reporter?
Iya. Hik. In Ha bohong.
Kenapa kau terus berbohong padahal kau tahu kau tdak bisa berbohong?
In Ha bertanya kalau begitu apa yg harus ia lakukan. Ia sudah berjanji pd ayahnya bahwa ia tak bisa menyia-nyiakan waktunya menjadi pengangguran. Dan ia terlalu malu untk melihat Dal Po.
Memangnya aku kenapa?
Apa kau pikir aku sebodoh itu? Aku tahu kau tak kuliah karena aku. Apa dgn mengetahui itu aku bisa merasa nyaman menggunakan uang yg sudah kauperoleh? Aku jg sadar diri. Jadi buang saja semuanya. Aku merasa jauh lebih baik jika semua ni berakhir. Hik.
Kau bohong.
Benar, baiklah...itu bohong. Itu bohong tapi apa yg bisa kulakukan?! Tidak ada gunanya!! kata In Ha penuh emosi sambil kembali melemparkan bukunya ke dlm tong.
Dal Po teringat kelanjutan percakapan antara dirinya dan Cha Ok. Tidak bisa seorang Pinocchio menjadi reporter adlh penilaian yg tak berdasar, menurut Dal Po.
Tidak. Itu hanya akal sehat, kata Cha Ok.
Jadi menurut akal sehamu, seorang yg tak bisa berbohong tak bisa menjadi reporter?
Ya, itu tak akan pernah terjadi.
Bagaimana kau bisa mengatakannya semudah itu? Bagaimana bisa kau dgn mudah menghakimi hidup orang lain seperti itu? Sudah berapa banyak hidup orang lain yg kau hancurkan karena akal sehatmu itu terutama sebagai seorang reporter!
Cha Ok menertawakan Dal Po. Ia berkata Dal Po sepertinya hanya ingin mengkritiknya.
Seekor serigala tak menyalak pd seekor harimau. Hanya keledai bodoh yg melakukannya. Tidak ada yg lebih bodoh dan lemah daripada menyalak tak karuan pd pohon yg salah. Ia bertanya apa Dal Po bahkan tahu apa yg dilakukan seorang reporter.
Dal Po menghentikan In Ha yg terus melempar buku-bukunya kembali ke dlm tong. In Ha berkata semua itu tak ada gunanya. Dal Po memegangi kedua tangan In Ha dan menatapnya.
Aku memerlukannya. Aku memerlukan buku-buku itu.
Dal Po membenarkan ucapan Cha Ok. Ia memang tak tahu apa yg dilakukan seorang reporter. Ia minta maaf karena sudah berdebat dgn Cha Ok. Ia mengaku bukan pd tempatnya ia mendebat hal itu. Bagus kalau kau tahu, ujar Cha Ok dingin sambil berjalan pergi.
Dal Po berkata pd Cha Ok ia akan mencari tahu apa pekerjaan seorang reporter. Ia akan menemui Cha Ok lagi begitu ia tahu apa yg dilakukan seorang reporter sejati.
Begitu aku menjadi seekor serigala, dan bukan hanya keledai jalanan...aku akan datang dan benar-benar menyalak padamu.
Ibu Bum Jo bertanya apa Bum Jo ingin menemui In Ha setelah 13 tahun dan ia mendukungnya. Ia bahkan bertanya apakah Bum Jo ingin ia mencari gadis itu dan membawanya pd Bum Jo. Bum Jo tersenyum dan berkata ia akan mencari In Ha sendiri. Ibu Bum Jo tertawa senang.
In Ha bertanya kenapa Dal Po membutuhkan buku-buku itu. Untuk dijual?
Tidak. Tiba-tiba aku jg ingin menjadi reporter. Sama sepertimu.
Apa?
Mari kita sama-sama jadi reporter, In Ha-ya.
In Ha bengong. Dal PO berkata cegukan In Ha sudah berhenti. In Ha pelan-pelan tersenyum.
Komentar:
In Ha akhirnya harus melihat sendiri kenyataan ibunya orang seperti apa. Menyakitkan memang, tapi akan lebih menyakitkan jika ia terus tinggal dlm impiannya yg kosong.
Begitu jg dgn Jae Myung, yg baru mengetahui kebenaran mengenai ayahnya. Bahwa ayahnya tak melarikan diri seperti yg disangka orang-orang. Bahwa ayahnya ikut masuk dlm gedung yg terbakar tersebut. Tapi itu artinya Jae Myung harus menghadapi kemungkinan bahwa ayahnya memang sudah tiada.
Aku senang pd karakter Dal Po dan Jae Myung. Meski mereka mengalami tragedi yg menyakitkan, tapi kebaikan hati mereka tak berubah. Agak khawatir dgn Jae Myung sih sebenarnya, apalagi setelah ia mengetahui kebenarannya sekarang.
Ternyata percakapannya dgn Cha Ok yg membuat Dal Po memutuskan menjadi reporter padahal dunia TV sangat dibencinya. Ia tak berniat balas dendam akan kematian orangtuanya. Ia hanya ingin memahami mengapa mereka dgn semudah itu menghancurkan hidup orang lain dgn kata-kata mereka. Dan untk itu, ia ingin melihat sendiri apa sebenarnya pekerjaan seorang reporter.
Akan sangat menarik menantikan Dal Po dan In Ha menjadi reporter seperti apa dgn idealisme mereka seperti itu. Dunia TV tanpa kebohongan. Bukankah itu yg diinginkan para penonton? Tapi tanpa sadar, penonton lebih menyukai hal yg dramatis hingga mendorong dunia TV untk berbohong.
Bum Jo dan Yoo Rae baru muncul sekilas, jadi aku belum bisa bicara banyak. Hanya saja aku merasa Bum Jo sepertinya kekanakkan. Terlihat dari cara berbicaranya dgn ibunya.
Komentar
Posting Komentar