Kultum Ramadhan : 2 Kebijakan Umar di malam Ramadhan
jonygoblog.blogspot.com - Dalam Kitab Shalatit Tarawih bab Fadhlu Man Qaama Ramadhaan, dari Abdurrahman bin Abdul Qari radliyallahu `anhu, Aku pernah keluar rumah bersama Umar bin Al-Khattab radliyallahu `anhu di malam Ramadlan menuju masjid Nabawi. Ternyata didapati padanya kaum Muslimin sedang shalat terpisah-pisah di masjid masing-masing shalat tarawih sendiri-sendiri . Dan ada pula yg shalat diikuti oleh sekelompok orang.
Maka ketika melihat pemandangan demikian, berkata Umar: Aku berpandangan seandainya mereka disatukan dgn satu imam, niscaya yg demikian itu lebih bagus. Kemudian beliau bertekad menjalankan pandangannya itu dgn disatukan dlm satu jama’ah shalat tarawih dgn imam yg beliau pilih, yaitu Ubay bin Ka’ab. Kemudian aku di malam lain keluar lagi bersama Umar ke masjid dan kaum Muslimin sedang shalat tarawih dgn satu jama’ah dan satu imam. Maka Umar pun menyatakan: Sebaik-baik bid’ah itu adlh yg demikian. (HR. Al-Bukhari dlm Shahihnya, Kitab Shalatit Tarawih bab Fadhlu Man Qaama Ramadhaan, hadits ke 2010 dari Abdurrahman bin Abdul Qari radliyallahu `anhu).
Dari hadist tadi dpt disimpulkan ada 3 kebijakan
- Tarawih berjamaah dgn 1 imam
- Dimajukan waktunya bada isya
Menyikapi pernyataan terakhir umar bin khatab banyak ulama yg berusaha meluruskan dgn memberi batasan. Ibnu katsir, Imam Asy-Syatibi dan Ibnu Taimiyah mempunyai pendapat yg sama tentang hal ini. Beliau beliau ni mengatakan bahwa apa yg dikatakan umar adlh bidah secara bahasa, bukan bidah secara syari.
Padahal terkait bidah, umarpun pernah mengatakan hal berikut Dari Abdullah bi Ukaim: Umar menyatakan: Sesungguhnya omongan yg paling benar, adlh omongan Allah. Ketahuilah, sesungguhnya sebaik-baik petunjuk adlh petunjuk dari Muhammad dan sejelek-jelek perkara adlh yg diada-adakan dlm perkara agama. Dan semua yg baru dlm perkara agama adlh bid’ah. Dan semua bid’ah itu adlh sesat. (Syarah I’tiqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah)
Dari Aisyah ra Barangsiapa yg membikin sesuatu yg baru dlm agama kami ini, padahal ia bukan bagian dari agama ini, maka sesuatu yg baru itu adlh sesuatu yg tertolak. (HR. Bukhari no 2697 dan Muslim no. 1718). Ibnu Taimiyahpun mengatakan dlm kitab Iqtidla’ Shirathal Mustaqim. Penamaan Umar terhadap perbuatan Shalat Tarawih dgn satu imam itu sebagai bid’ah hasanah, adlh bid’ah dlm arti bahasa dan bukan bid’ah dlm pengertian Syari’ah. Dimana pengertian bid’ah secara bahasa ialah segala perbuatan yg baru dilakukan dgn tak ada yg menduhuluinya. Sedangkan bid’ah dlm pengertian Syari’ah ialah semua perkara agama yg tak ada dalilnya dari dalil-dalil Syar’i.
Selanjutnya beliau menambahkan: Kalau begitu, maka kita dapati kenyataan bahwa Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam dan para Shahabatnya telah pernah menunaikan shalat qiyam Ramadlan baik dlm berjamaah maupun sendiri-sendiri. Ketika mereka shalat Tarawih berjamaah di belakang Nabi saw sejak hari pertama Ramadhan sampai hari ketiga / hari keempat, Beliaupun akhirnya tak keluar ke masjid ketika mereka sudah berkumpul untk melaksanakan shalat Tarawih. Beliau mengemukakan alasannya mengapa tak keluar ke masjid: Sesungguhnya aku mengerti bahwa kalian berkumpul di masjid. Akan tetapi aku takut diwajibkannya shalat tarawih itu atas kalian. Dan seandainya diwajibkan, niscaya kalian tak akan mampu menunaikannya. Oleh karena itu, silakan kalian shalat di rumah-rumah kalian. Karena seutama-utama shalatnya seorang pria itu adlh di rumahnya, kecuali shalat yg wajib. (HR. Bukhari dalam Shahihnya dari Zaid bin Tsabit.
Sehingga ada beberapa orang mungkin menyiasati agar tak dibilang bidah mereka mencoba mencari kesamaam perbuatan / aktifitas sekarang dgn aktifitas dimasa rasul entah itu sebagai kebenaran / hanya sebagai pembenaran Allahu a’lam. Semuanya dikembalikan kepada yg melakukan ijtihad.
other source : http://herih2o.blogspot.com, http://kompas.com, http://reddit.com
Komentar
Posting Komentar