[Islami] Membangun Perpustakaan Ideal Berorientasi Kepuasan Pengguna Berbasis Teknologi

Membangun Perpustakaan Ideal Berorientasi Kepuasan Pengguna Berbasis Teknologi

Membangun Perpustakaan Ideal Berorientasi Kepuasan Pengguna Berbasis Teknologi Perpustakaan mempunyai peranan penting dlm mencerdaskan kehidupan Bangsa dan Negara, karena perpustakaan adlh gudang ilmu dan merupakan salah satu sarana penting dlm mewujudkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yg unggul. Seiring perkembangan jaman, perpustakaan saat ni dipergunakan tak hanya sebagai salah satu pusat informasi / sumber ilmu pengetahuan melainkan jg untk penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa serta berbagai jasa lainnya. Untuk mengoptimalkan peran tersebut, pengorganisasian informasi perlu dilakukan untk memudahkan pengguna perpustakaan dlm menemukan informasi yg dibutuhkan secara cepat dan tepat. Oleh karena itu, layanan yg dilakukan selalu berorientasi pd masyarakat, sebagai pengguna informasi dgn basis teknologi yg tepat guna. Kepuasan pengguna merupakan petunjuk utama bagi pelaksana pengorganisasian informasi. Selain untk mempermudah dan memperluas akses, perpustakaan hendaknya mampu melakukan manajemen pengetahuan secara maksimal dan diharapkan lebih memfokuskan diri sebagai community information intermediary, yaitu institusi yg dpt memahami dan ber-empati terhadap komunitas pengguna, memiliki pemahaman yg mendalam terhadap dunia informasi dan organisasinya serta dgn aktif selalu mengembangkan dan meningkatkan mekanisme yg menghubungkan keduanya.


Pemberdayaan perpustakaan dan pustakawan dlm paradigma baru harus disesuaikan dan ditingkatkan seiring dgn perubahan tuntutan pengguna, yaitu akses informasi secara lebih luas, cepat dan tepat. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan semakin beragamnya teknologi canggih membawa perubahan pula pd masyarakat dan individu. Perubahan tersebut pd akhirnya akan mempengaruhi pula pd tuntunan terhadap kondisi keberadaan perpustakaan. Indikator perpustakaan ideal yg dulu diukur dari jumlah koleksi yg banyak dan gedung yg besar, sekarang sudah berubah menjadi sejauh apa perpustakaan mampu memenuhi kebutuhan komunitas pemakainya. Perpustakaan saat ni dituntut mampu berubah mengikuti perubahan sosial pemakainya. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) telah banyak mengubah karakter sosial pemakainya. Perubahan dlm kebutuhan informasi, berinteraksi dgn orang lain, berkompetisi, dan lain-lain. Pada akhirnya semua itu berujung pd tuntutan pemakai agar perpustakaan tak hanya sekedar tempat mencari buku / membaca majalah, tetapi menjadi semacam one-stopstation bagi mereka. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi / InformationandComunicationTechnology (ICT) telah membawa perubahan dlm berbagai sektor, termasuk dunia perpustakaan. Jika dulu pemakai perpustakaan sudah puas dgn layanan baca di tempat dan peminjaman buku perpustakaan saja, saat ni layanan perpustakaan tak cukup lagi hanya dua macam layanan tersebut. Pemakai perpustakaan sekarang sudah menuntut jenis-jenis layanan lain, seperti layanan informasi terbaru (current awareness services), layanan informasi terseleksi (selective dissemination of information), layanan penelusuran secara online, layanan penelusuran dgn CD-ROM, dan lain-lain. Selain tuntutan terhadap jumlah layanan yg makin banyak, mutu layanan pun dituntut lebih baik. Dalam rangka peningkatan mutu dan jumlah layanan inilah, peran teknologi informasi dan komunikasi sangat dibutuhkan. Dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, kita dpt melakukan layanan yg cepat dgn jangkauan layanan yg lebih luas serta mutu yg lebih baik. Perkembangan dari penerapan teknologi informasi dan komunikasi dpt diukur dgn telah diterapkannya/digunakannya sebagai Sistem Informasi Manajemen (SIM) perpustakaan dan perpustakaan digital. Sistem Informasi Manajemen (SIM) perpustakaan merupakan pengintegrasian antara bidang pekerjaan administrasi, pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, pengolahan, sirkulasi, statistik, pengelolaan anggota perpustakaan, dan lain-lain. Sistem ni sering dikenal jg dgn sebutan sistem otomasi perpustakaan. Dengan penerapan SIM ni secara langsung merubah paradigma layanan perpustakaan. Layanan perpustakaan yg dulunya off-line berubah menjadi on-line. Di sini Perpustakaan harus mampu merancang layanan perpustakan yg memungkinkan akses terhadap sumber-sumber informasi (information resources). Hal ni mengisyaratkan bahwa pemanfaatan perpustakaan tak lagi bergantung pd visitasi pemakai perpustakaan / bertumpu pd kunjungan secara fisik semata, tetapi pemanfaatannya dpt dilakukan tiap saat dan dari berbagai tempat di manapun pengguna berada. Ada dua hal utama yg perlu diperhatikan dlm memberdayakan perpustakaan sebagai upaya meningkatkan layanan perpustakaan berorientasi pengguna berbasis teknologi yaitu: 1. Ditinjau dari segi sarana dan prasarananya termasuk gedung dan lokasi. 2. Ditinjau dari segi SDM yg mengelola perpustakaan tersebut. Secara garis besar, dua hal di atas bisa dijelaskan sebagai berikut. 1. Ditinjau dari segi sarana dan prasarananya termasuk gedung dan lokasi Gedung perpustakaan hendaklah menarik dari segi arsitektur dan mudah dijangkau. Penggunaan warna jg bisa merupakan daya tarik yg akan membangkitkan minat baca pengguna. Selain itu sarana dan prasarana pendukung layanan perpustakaan hendaklah didukung oleh Teknologi Informasi (TI) yg akan sangat membantu perpustakaan memperbaiki kualitas dan jenis layanan. Minimal sebuah perpustakaan harus memiliki : Jaringan Lokal (LAN , Local Area Network) berbasis TCP/IP Akses ke internet yg cepat bagi pustakawan untk mengakses informasi eksternal perpustakaan beserta perangkatnya. Komputer untk pengguna untk mengakses informasi layanan perpustakaan berikut database persediaan koleksi yg dimiliki perpustakaan tersebut. Ditambah lagi Pustakawan menyediakan akses hanya ke sumber-sumber yg dpt dipercaya kualitasnya. Caranya dgn membuat portal / pintu masuk ke sumber-sumber yg telah terseleksi misalnya Virtual Libraries Subject-Based Gateways. Koleksi dlm multi format baik dlm bentuk tercetak, multimedia, digital, hypertext berikut sarana untk mengakses koleksi tersebut. Adanya fasilitas digital dan internet, Fasilitas digital dan internet memungkinkan pengguna perpustakaan dpt memanfaatkan informasi yg dimiliki perpustakaan tanpa mengenal waktu dan jarak. Homepage perpustakaan dpt menyajikan data bibliografis dan abstrak dari jurnal-jurnal penelitian (kalau memungkinkan dlm bentuk full text), pendidikan pemakai, berita-berita perpustakaan, informasi lokal (universitas, kota), pameran online, media komunikasi dgn pengguna (saran dan kritik), hubungan dgn situs lain, dan sebagainya. Hot Spot Hot Spot berarti menyediakan layanan internet bebas untk suatu lingkungan yg terbatas, sebagai contoh di sekitar gedung perpustakaan. Dengan memiliki hot spot perpustakaan menyediakan jasa penelusuran internet yg dpt diakses oleh pengguna dari Laptop/Note Book yg biasa dibawa oleh pengguna, dgn syarat memiliki LAN Card Wireless. 2. Ditinjau dari segi SDM yg mengelola perpustakaan tersebut. Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan pengguna perpustakaan yg semakin tinggi dan beraneka ragam, maka perpustakaan perlu mempersiapkan pustakawan yg profesional. Jika pustakawan ingin disebut profesional, maka pustakawan perlu memiliki "skill", "knowledge", kemampuan (ability), serta kedewasaan psikologis (Ratnaningsih, 1998). Tapi dlm prakteknya sampai sejauh ni pustakawan Indonesia belum bisa dikatakan mampu untk menjadi profesional (ideal pun belum) bahkan masih sangat jauh dari konsep ideal. Sebagai pustakawan profesional, kita perlu mengikuti perkembangan dan informasi mutakhir dlm bidang Pusdokinfo. Perkembangan TI mengakibatkan semua bidang pekerjaan perpustakaan tak ada lagi yg tak mendapat sentuhan "keajaiban" TI. Keilmuan perpustakaan pun saat ni dituntut mampu mengikuti perubahan sosial pemakainya. Perubahan dlm kebutuhan informasi, perubahan dlm berinteraksi dgn orang lain, dan dlm berkompetisi. Pustakawan perlu menyadari bahwa perlu ditumbuhkan suatu jenis kepustakawanan dgn paradigma-paradigma baru yg mampu menjawab tantangan media elektronik tanpa meninggalkan kepustakawanan konvensional yg memang masih dibutuhkan (hybrid library). Hanya dgn sumber daya manusia (SDM) dlm hal ni tenaga pengelola perpustakaan dan tenaga fungsional pustakawan yg berkualitaslah (melalui keilmuannya) kita bisa membangun paradigma kepustakawanan Indonesia. Oleh karena itu profil pustakawan diharapkan : 1.Berorientasi kepada kebutuhan pengguna 2.Mempunyai kemampuan berkomunikasi yg baik 3.Mempunyai kemampuan teknis perpustakaan yg tinggi 4.Mempunyai kemampuan pengembangan secara teknis dan prosedur kerja 5.Kemampuan berbahasa asing yg memadai terutama bahasa Inggris 6.Mempunyai kemampuan melaksanakan penelitian di bidang perpustakaan. 7.Mempunyai kemampuan dlm memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, antara lain: - Kemampuan dlm penggunaan komputer (computer literacy) - Kemampuan dlm menguasai basis data (database) - Kemampuan dlm penguasaan peralatan TI (tools and technological skill) - Kemampuan dlm penguasaan teknologi jaringan ( computer networks) - Kemampuan dlm penguasaan internet. Selain memiliki kemampuan seperti yg disebutkan di atas, pustakawan jg dituntut untk dpt memberikan pelayanan prima kepada penggunanya. Pelayanan prima yaitu suatu sikap / cara pustakawan dlm melayani penggunanya dgn prinsip layanan berbasis pengguna (people based service) dan layanan unggul (service excellence). Tujuan dari service excellence adlh : 1. Memuaskan pengguna; 2. Meningkatkan loyalitas pengguna; 3. Meningkatkan penjualan produk dan jasa; 4. Meningkatkan jumlah pengguna. Profesi pustakawan dituntut untk mampu bersikap lebih terbuka, suka kerja keras, suka melayani, mengutamakan pengabdian serta aspek-aspek kepribadian dan perilaku. Dalam mengantisipasi masa mendatang, pustakawan hendaknya selalu tanggap terhadap perkembangan teknologi informasi, mengenal seluk beluk manajemen, menguasai cara-cara penyediaan informasi, dan memahami sumber-sumber informasi, serta mengetahui sistem jaringan informasi. Hal lain yg perlu dilakukan oleh perpustakaan adlh menjalin kerja sama dgn perpustakaan lain. Kerja sama antarperpustakaan perlu dilakukan karena tak satu pun perpustakaan yg dpt berdiri sendiri dlm arti informasi/koleksinya mampu memenuhi kebutuhan informasi penggunanya, sehingga jawaban “informasi yg Anda cari tak ada di perpustakaan kami” tak akan berlaku lagi. Setidaknya pustakawan dpt memberi alternatif artikel / menunjukkan di mana artikel tersebut dpt diperoleh. Selain itu, waktu layanan perpustakaan hendaklah berorientasi terhadap kesibukan masyarakat. Layanan di perpustakaan idealnya dpt lebih memikat, bersahabat, cepat, dan akurat, ni berarti orientasi pelayanan perpustakaan harus didasarkan pd kebutuhan pengguna, antisipasi perkembangan teknologi informasi dan pelayanan yg ramah, dgn kata lain menempatkan pengguna sebagai salah satu faktor penting yg mempengaruhi kebijakan pd suatu perpustakaan. Kesan kaku pelayanan di perpustakaan harus dieliminir sehingga perpustakaan berkesan lebih manusiawi. Pemberdayaan perpustakaan dgn sarana dan prasarana yg mengikuti tuntunan zaman memang harus dipersiapkan agar tak ditinggal penggunanya. Selain itu keberadaan pustakawan yg berkualitas dan profesional sangat diperlukan dlm menghadapi tatanan era informasi global. Pembangunan perpustakaan ideal yg berorientasi pengguna berbasis teknologi harus segera diimplementasikan di perpustakaan untk menunjang proses akselerasi transfer ilmu pengetahuan, yg secara global dpt mempengaruhi tingkat kecerdasan dan berimbas pd kemajuan bangsa dlm segala bidang. Berorientasi pd pengguna, berarti perpustakaan telah menempatkan pengguna sebagai subjek dari layanan perpustakaan, berbasis teknologi berarti perpustakaan mampu menjawab tantangan jaman yg dinamis ini. Semoga perpustakaan - perpustakaan di tanah air mampu mengikuti tuntunan jaman yg ada agar Sumber Daya Manusia (SDM) yg berkualitas mampu terwujud dan kemajuan Negara lebih cepat tercapai. Penulis: Risa Mutia H. Referensi : Rahayuningsih, F. Profesionalisme Pustakawan dlm Menghadapi Tuntutan Kemajuan Teknologi. Jurnal Info Persadha. Vol. 4, Nomor 1, Februari 2006. Fahmi, Ismail The Indonesian Digital Library Network. Makalah Seminar International Digital Library Network, tanggal 2 Oktober 2003 di ITB. Sudarsono, B. Peran Pustakawan di Abad Elektronik: Impian dan Kenyataan. Makalah Seminar Sehari Peran Pustakawan di Abad Elektronik: Impian dan Kenyataan. Tanggal 2 Juni 2000 di PDII-LIPI, Jakarta. Perpustakaan Digital, Wikipedia Indonesia. Sumber : http://perpustakaan.mahkamahagung.go.id/

Komentar