Tatakerama Seorang Guru Didalam Pelajaranya - AMAL

jonygoblog.blogspot.com - Terjemah Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim Karya Hadlratus Syaikh
K.H Muhammad Hasyim Asy’ari rahimahullahu ta’ala

Tatakerama Seorang Guru Didalam Pelajaranya

BAB VI
Tatakerama Seorang Guru Didalam Pelajaranya

Seorang guru ketika menghadiri ruangan mengajar (kelas) hendaknya membersihkan dirinya dari hadast dan kotoran, memakai harum-haruman dan memakai baju (pakaian) yg selayaknya sesuai dgn mode ketika itu dgn tujuan mengagungkan nilai ilmu dan menghormati syaria’at. Juga harus berniat mendekatkan diri kepada Allah dan menyebarkan ilmu serta menegakkan agama Allah menyampaikan huku-hukum Allah yg diamanatkannya dan diperintahkan menjelaskannya. Sebaiknya jg bermaksud menunjukkan kebenaran dan mengembalikan kepada kebajikan. Berniat berkumpul bersama untk berdzikir kepada Allah, selain kepada kawan-kawan muslimin dan mendo’akan Ulama’ Salaf.
Apabila dia keluar dari rumahnya sebaiknya berdo’a sebagaimana do’a Nabi Muhammad SAW
Ya Allah.... aku berlindung kepada-Mu dari tersesat / disesatkan, tergelincir / tergelincirkan, mendholimi / didholimi, bodoh / dibodohi maha mulya kekuasaan-MU dan agung pujian-Mu tiada Tuhan selain Engkau.
Kemudian berdo’a :
Dengan menyebut nama Allah, aku beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada-Nya, tawakal kepada-Nya tiada kekuatan daya upaya kecuali dari Allah. Ya Allah tetapkanlah hatiku, tunjukkanlah kebenaran pd lisanku, dan ku selalu mengingat-Mu.
Sehingga sampai pd kelas.
Apabila telah sampai dihadapan para hadirin maka hendaknya mengucapkan salam lalu duduk menghadap kiblat jika memungkinkan dgn tenang dan tawadhu’ serta khusu’ baik dgn bersila / yg lainnya yg penting sopan. Dan hendaknya menjaga badannya dari desakan / main-main / memandang kesana kemari tampa tujuan. Hendaknya jg menjahui gurauan / banyak tertawa, karena hal itu mengurangi wibawa / kehormatan. Tidak boleh mengajar ketka sangat lapar, haus, susah, marah, ngantuk / sangat dingin / sangat panas.
Hendaknya duduk ditempat yg bisa dilihat oleh seluruh hadirin dgn tetap menghormati hadirin yg lebih senor baik dari segi keilmuan, umur, ataupun kedudukan. Dan mengutamakan sesuai dgn ukuran sebagai imam sholat. Dan lemah lembut kepada yg lainnya dan menghormatinya dgn tutur kata yg yang lembut, wajah berseri-seri dan menghormati.
Hendaknya jg ketika akan berdiri dihadapan pembesar kaum muslimin denga memulyakannya dan memeandang para hadirin sesuai kebutuhan.menatap wajahnya pd orang yg diajak bicara walaupun dia lebih rendah karena jika tak demikian maka termasuk orang-orang yg sombong
Memulai belajar dgn membaca sesuatu dari Al-qur’an untk mencari barokah dan berdoa setelah itu untk dirinya, para hadirin jg seluruh muslimin dan orang yg mewaqafkan jika itu memang madrasahtanah waqof sebagai balasan kebaikan perbuatannya dan tercapai cita-ciyanya.kemudia berlindung kepada Alah dari syaitan yg terkutuk, menyebut nama Allah dan memujinya, sholawat kepada nabi, keluarga, serta sahabatnya serta meminta ridho kepada muslimin terdahulu.
Apabila pelajaran itu banyak maka dahulukan yg paling utama dan yg paling penting. Berawal dari tafsirul Qur’an kemudian Hadits, Usuluddin, Usul Fiqih, kitab-kitab mazhab, dan nahwu dan diakhiri dgn kitab-kitab kecil agar bisa dimanfaatkan oleh para hadirin untk membersihkan hatinya, meneruskan pelajarannya dgn sesuatu yg terkait, berhenti pd tempat yg seharusnya berhenti, jangan menyebutkan pelajaran yg masih diragukan dan menunda jawaban dipertemuan yg lain / mungkin menyebutkan, meninggalkan semuanya karena itu merupakan matsadah (kerusakan) apalagi pelajaran itu dihadapan orang-orang tertentu / orang-orang awam dgn memperpanjang pelajaran sehingga membosankan / meringkasnya sehingga merasa kurang, jangan membahas satu bab yg tak pd tempatnya. Maka jangan mendahulukan dan mengakhirkan kecuali dipandang ada baiknya.
Jangan mengeraskan suaranya berlebihan tampa ada perlu / melirihkannya sehingga tak terdengar akan tetapi sebaiknya suara itu tak melebihi satu majlis dan tak kurang dari jangkauan hadirin. Sesuai dgn hadits yg dirwayatkan oleh Khatib al-badadi. Nabi bersabda :
Sesungguhnya Allah menyukai suara yg lembut dan tak menyukai suara yg kasar
Apabila ada diantara mereka yg kurang begitu mendengar maka tak apa-apa mengeraskan sehingga dia mendengarkannya dan tak membentak-bentaknya tetapi mengajar dgn pelan-pelan agar dia berfikir dan mendengarkannya sebagaimana Nabi SAW merinci kata-katanya agar dpt difahami bagi yg mendengarkannya beliau jg berbicara satu kalimat bisa diulangi tiga kali untk memahamkannya apabila telah selesai pd satu permasalahan maka hendaknya diam sejenak sehingga dia memulai berbicara lagi.
Menjaga majlis itu dari kesalahan, karena kesalahan bisa merubah kita dan jyga harus menjaga suara yg keras / jg tak membahas sesuatu yg bukan bahasannya. Imam Robi’ berkata : Bahwa Imam Syafi’I jika didepat oleh seseorang tentang satu masalah maka beliau berpaling darinya, seraya berkata : aku sudah pernah membahasnya, kemudian sekarang terserah engkau, dan lemah lembut ketika perbedaan muncul serta harus bisa mengendalikan emosi.
Hendaknya mengatakan kepada para hadirin bahwa sanya berdebat itu tak baik apalagi sudah jelas-jelas kebenarannya, karena maksudnya berkumpul adlh mencari kebenaran, membesihkan hati dan mencari faedah oleh sebab itu tak layak lagi santri berdebat karena akan menyebabkan permusuhan dan marah. Akan tetapi seharusnya pertemuan itu adlh ikhlas karena Allah SWT agar mendapatkan kesempurnaan faedah didunia dan kebahagiaan diakhirat sebagaimana disebutkan dlm Firman Allah:
Agar tampak suatu kebenaran dan hilanglah suatu kebatilan walaupun dibenci oleh orang-orang berdosa.
Karena itu dpt difahami bahwa maksud melenyapkan kebenaran dan menunjukkan kebatilan adlh sifat bagi orang-orang yg suka melakukan dosa maka takutlah.
Menekankan untk mencegah santri yg membahas melampui batas/berlebihan dlm bertatakrama ketika membahas satu pelajaran, / tak mau menyadari setelah tampak satu kebenaran, / menjerit-jerit tampa faedah / kurang sopan kepada kehadiran yg lainnya / kepada kawannya yg tak hadir / merasa sombong dihadapan seniornya. Begitu pula harus diperhatikan santri yg tidur / yg berbicara dgn yg lainnya / tertawa-tawa dgn salah satu hadirin / pun mencari kawan lainnya hal itu telah disebutkan pd bab tatakrama santri
Apabila ditanya terhadap sesuatu yg belum diketahui maka hendaknya, jawab : aku tak tahu, aku tak mengerti karena jawaban itu jg termasuk sebagian dari ilmu. Dari Ibnu Abbas apabila seorang guru salah dlm mengajar.
Muhammad Bin Hakim berkata : aku bertanya pd Imam Syafi’I tentang nikah mut’ah, apakah didalamnya jg terdapat thalaq / warisan / ada kewajiban nafkah / ada persaksian ? maka beliau menjawab : demi Allah aku tak tahu
Ketahuilah bahwa sanya perkataan orang yg ditanyai tentang sesuatu dan jawabannya aku tak tahu tidaklah mengurangi derajad orang tersebut, sebagaimana prasangka orang-orang bodoh, tapi bahkan itu mengangkat derajadnya. Karena sesungguhnya hal tersebut adlh suatu pertanda keagungan (kebesaran) pengetahuan dan kuatnya agama dan ketakwaan kepada Tuhannya, bersihnya hati dan baiknya alasan (argumentasi) nya.
Dan argumen (pendapat) tersebut sudah diriwayatkan dari golongan Ulama’-Ulama’ Salaf tedahulu. Dan sesungguhnya orang menganggap semua itu mudah (meremehkannya) maka dia adlh orang yg lemah agamanya dan sedikit sekali pengetahuannya. Karena sesungguhnya dia takut jatuhnya martabat/derajadnya dihadapan orang-orang yg hadir (audiens). Dan kebodohan ni adlh tipisnya (minimnya) agama orang tersebut. Dan ketika kesalahannya sudah tersebar (terkenal) antara orang-orang maka sesuatu perkara yg akan membuatnya lari berpaling pasti menimpanya. Dan dia akan menyikapi terhadap orang-orang dgn cara menjahui hal tersebut (kesalahannya).
Allah mengajarkan ahlak kepada para ulama’ dgn saripati kisah perjalanan Nabi Musa dgn Nabi Khidir, ketika itu Nabi Musa tak menolak untk menimba ilmu lagi dikala ditanya apakah ada orang yg lebih pandai dari pd engkau dibumi ini?.
Hendaknya kasih akung ditunjukkan pula kepada orang baru yg hadir dimajlis itu, mempersilahkan dgn lapang dada, karena orang yg baru datang itu biasanya asing dan bingung, jangan memandanginya terus karena itu membuat dia terasa tercela. Apabila salah seorang senior bergegas dlm memecahkan masalah maka hendaknya menahan dahulu sehingga duduk matang.
Dan apabila dia datang dgn membawa suatu masalah maka jelaskan maksudnya, apabila salah satu senior menghadap sedangkan waktu telah habis dan jama’ah bergegas meninggalkan ruangan maka tunggulah hingga orang tersebut duduk dimajlis agar tak merasa malu dgn bubarnya jama’ah tersebut. Hendaknya menjaga perasaan jama’ah tentang waktu yg telah ditentukan baik datang maupun pulang kecuali ada uzur / kesulitan. Ketika pelajara mulai usai maka katakanlah Wallahua’lam (Allah lebih mengetahui) setelah sebelum itu mengucapkan kata-kata yg menunjukkan pd akhir pelajaran seperti kata-kata kini kita tutup dulu adapun selanjutnya pertemuan yg akan datang Insya’ Allah / senada dgn itu. Agar kata-kata Wallahua’lam ikhlas sebagai dzikir kepada Allah dan diketahui maksudnya. Hendaknya pula ketika memulai pelajaran dibuka dgn Basmalah. Agar terasa bahwa mengingat Allah pd awal dan akhir pelajaran. Hendaknya pula diam sejenak tatkala para hadirin yg berdiri karena disitu ada beberapa faidah yg tercermin dlm sebuah tatakrama diantaranya yaitu menghindari desak-desakkan, mengantisipasi bila ada seseorang yg bertanya. Menghindari desakan kendaraan jika memang membawa kendaraan. Ketika akan berdiri hendaknya berdo’a sebagaimana yg terdapat dlm sebuah hadits untk melebur dosa.
Maha suci Engkau ya.... Allah dgn memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau dan aku mohon ampunan serta bertaubat kepada-Mu.
Jika memang tak menguasai materi maka jangan memegang fak itu / mengajarkan sesuatu yg dia tak tahu karena itu semua termasuk mempermainkan agama dan merendahkan diri dihadapan manusia Nabi bersabda :
Barang siapa yg menganjurkan sesuatu yg dia belum tahu bagaikan orang yg memakai baju yg sangat hina.
Sebagian Ulama’ berkata :
Barang siapa menampakkan sesuatu yg belum waktunya sama jg dia menampakkan nafsunya.
Dari Abdurrohman RA berkata :
Barang siapa yg mencari kedudukan yg belum waktunya, maka dia akan selalu terhina karena walaupun sedikit dari situ akan nampak beberapa mafsadah (kerusakan) karena para hadirin akan selalu meneliti kebenaran dan menolongnya dan mencegah orang yg salah.

Dikatakan Dari Hanifah RA ketika suatu saat disalah satu forum yg ada dimasjid, mereka saling berdebat tentang bahasan Fiqih maka Abu Hanifah berkata :
Apakah mereka mempunyai kepala, mereka menjawab tidak, maka beliau berkata lagi, mereka tak akan mengerti selamanya bahwa diantara mereka ada yg benar dan ada yg salah. Semoga bermanfaat Tatakerama Seorang Guru Didalam Pelajaranya

Terjemah Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim keseluruhannya meliputi 8 bab. di blog ni tersimpan menjadi 10 halaman:

1. Kutamaan Ilmu Dan Ulama Serta Keutamaan Proses Belajar Dan Mengajar
2. Bab ll Akhlaq Pelajar (santri) Pada Dirinya Sendiri
3. Akhlaq Seorang Pelajar Terhadap Gurunya
4. Akhlaq Pelajar Terhadap Pelajarannya
5. Akhlaq Ustadz Terhadap Diri Sendiri
6. Akhlaq Ustadz Ketika Mengajar
7. Akhlaq Guru Terhadap Santri
8.Tatakerama Seorang Guru Didalam Pelajaranya
9. Menerangkan Tentang Tatakrama Seorang Guru Bersama Muridnya
10.Tatakrama Seorang Pelajar Dengan Buku-buku Sebagai Alatnya Ilmu

other source : http://merdeka.com, http://flickr.com, http://al-chikam.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini