Penjelasan Tentang Ilmu Falak

jonygoblog.blogspot.com - Ilmu Falak adlh ilmu yg mempelajari lintasan benda-benda langit-khususnya bumi, bulan, dan matahari-pada orbitnya masing-masing dgn tujuan untk diketahui posisi benda langit antara satu dgn lainnya, agar dpt diketahui waktu-waktu di permukaan bumi. Definisi Ilmu Falak‎
Di dlm al-Quran, kata falak yg bermakna garis edar/orbit disebut dua kali ‎yaitu:
· وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّہَارَ وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ‌ۖ كُلٌّ۬ فِى فَلَكٍ۬ يَسۡبَحُونَ (٣٣(
Artinya : Dan Dialah yg telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dlm garis edarnya. (al-Anbiyâ’: 33)
· لَا ٱلشَّمۡسُ يَنۢبَغِى لَهَآ أَن تُدۡرِكَ ٱلۡقَمَرَ وَلَا ٱلَّيۡلُ سَابِقُ ٱلنَّہَارِ‌ۚ وَكُلٌّ۬ فِى فَلَكٍ۬ يَسۡبَحُونَ (٤٠(
Artinya: Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tak dpt mendahului siang. Dan masing-masing beredar pd garis edarnya. (Yâ-Sîn: 40)
Menurut Ibnu Khaldun (808 H), ilmu falak adlh ilmu yg membahas tentang pergerakan bintang-bintang (planet-planet) yg tetap, bergerak, dan gumpalan-gumpalan awan yg beterbangan.
Menurut al-Khawarizmi, ilmu perbintangan dlm bahasa Arab dinamakan al-Tanjîm, sedangkan dlm bahasa Yunani dinamakan astronomi, yg mana astro artinya bintang, dan nomia artinya ilmu. Sedangkan ilmu hai’ah, adlh ilmu tentang susunan orbit dan bentuknya, serta bentuk bumi.
Terminologi ‘Ilmu’l Falak (astronomi) sebenarnya baru muncul pd akhir abad 19 M. Dahulu lebih popular dgn nama ‘Ilmu’l Hai’ah. Nama itu menunjuk pd suatu aspek ilmiah yg didasarkan atas observasi, hampir sama seperti astronomi modern. (Meskipun ‘Ilmu’l Falak modern dpt dikatakan lebih ‘bersih dan suci’ dari ‘Ilmu’l Hai’ah pd zaman dahulu).
Lawan dari ‘Ilmu’l Hai’ah adlh ‘Ilm Ahkâm al-Nujûm / ’Ilmu’l Ahkâm. Pada masa kini, digunakan kata al-Tanjîm untk menyebut aspek tak ilmiah itu.
Al-Farabi (339 H) memasukkan ‘Ilmu’l Falakatau ‘Ilmu’l Hai’ah dlm warisan budaya falak kuno ke dlm sebuah tema yg lebih besar yaitu ‘Ilm al-Nujûm (ilmu bintang). Dari sinilah kemudian ilmu tersebut dibagi menjadi dua macam. Pertama, ‘Ilm Ahkâm al-Nujûm / yg dpt disebut sebagai al-Tanjîm. Kedua, ‘Ilm al-Nujûm al-Ta’lîmi. Dalam kebudayaan Arab Islam, ilmu falak dimasukkan ke dlm al-‘Ulûm al-Riyâdhiyyah. Ilmu Falak tergolong ilmu yg paling tua dlm lintasan sejarah peradaban manusia. Ilmu Falak memiliki banyak istilah di antaranya adlh ilmu hisab karena ilmu ni menggunakan perhitungan ( الحساب=perhitungan) dan ilmu ru’yah. Ilmu Falak disebut jg ilmu rashd, karena ilmu ni memerlukan pengamatan ( الرصد = pengamatan). Ilmu Falak disebut jg ilmu miqat, karena ilmu ni mempelajari tentang batas-batas waktu ( الميقات =batas-batas waktu). Ilmu Falak disebut jg ilmu haiah, karena ilmu ni mempelajari keadaan benda-benda langit ( الهيئة = keadaan). ‎ Dalam perkembangannya, Islam banyak melahirkan sarjana-sarjana Falak yg berpengaruh di dunia, antara lain Al-Buzjani (w. 388 H), Ibnu Yunus (w. 399 H), Ibn al-Haitsam (w. 430 H), Al-Biruni (w. 440 H), Abu Ali al-Hasan al-Marrakusyi (w. ± 680 H), Ibn al-Majdi (w. 850 H), dan tokoh-tokoh lainnya. tepatnya masa pemerintahan Jakfar al-Mansur, yg berjasa meletakkan ilmu falak pd posisi istimewa setelah ilmu tauhid, fikih, dan kedokteran. Ketika itu ilmu falak tak hanya dipelajari dan dipandang dlm perspektif keperluan praktis ibadah saja, tapi lebih dikembangkan sebagai pondasi dasar terhadap perkembangan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu pelayaran, pertanian, kemiliteran, dan lain-lain. Tidak tanggung-tanggung, khalifah Al-Mansur membelanjakan dana negara yg besar dlm rangka mengembangkan kajian ilmu falak. Tak pelak, Ilmu falak berkembang dan mencapai kecemerlangannya pd peradaban Islam. ‎ Banyak ayat-ayat al-Qur’an yg membicarakan peredaran benda-benda angkasa untk dasar ilmu Falak, antara lain: ‎ [1.] QS. Al An’am ayat 96: ‎ فَالِقُ الإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ ‎ Artinya: Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yg maha perkasa lagi maha mengetahui. [QS. Al-An’am [06] : 96] [2.] QS. Yunus ayat 05: هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Artinya: Dialah yg menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tak menciptakan yg demikian itu melainkan dgn hak, Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yg mengetahui. [QS. Yunus [10] : 05] ‎ [3.] QS. Al Baqarah ayat 189: ‎ يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: Bulan sabit itu adlh tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji, dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yg bertakwa, dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. [QS. Al-Baqarah [02] : 189] Ketiga ayat diatas secara zahir menyatakan bahwa perhitungan bilangan tahun dan perhitungan waktu-waktu lainnya adlh melalui pergerakan matahari dan bulan, dan QS. Al-Baqarah ayat 189 diatas menegaskan perbedaan kalender Islam dgn kalender lainnya. ‎ Di dlm al-Qur´an terdapat beberapa ayat yg menjelaskan tentang peredaran matahari dan bulan yg menandakan adanya rotasi-revolusi bumi dan matahari, antara lain: ‎ [4.] QS. Ar Ra’du ayat 02: اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ الأمْرَ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Artinya: Allah-lah yg meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yg kamu lihat, kemudian dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yg ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dgn Tuhanmu. [QS. Ar-Ra’d [13] : 02 ‎ [5.] QS. Ibrahim ayat 33 وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
Artinya: Dan dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yg terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. [QS. Ibrahim [14] : 33][4] [6.] QS. Ar-Rahman ayat 05: ‎ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ
Artinya: Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. [QS. Ar Rahman [55]: 05]
Falak pd ayat Al-Qur'an di atas secara bahasa berarti madaar / orbit, jalur lintasan bintang. Sedangkan ilmu falak ialah ilmu yg mempelajari seluk beluk benda-benda langit dari segi bentuk, ukuran, keadaan pisik, posisi, gerakan, dan saling berhubungan antara satu dgn yg lainnya.
Keterangan mengenai benda-benda langit tersebut dpt diketahui berkat penyelidikan-penyelidikan dgn pertolongan ilmu astronomi / ilmu perbintangan yg meliputi: 1- Astronomi, menentukan tempat kedudukan di Bumi dan di Langit, menentukan jarak di Bumi dan di Angkasa raya, serta menentukan besarnya benda-benda langit.
2- Astrologi, mempelajari benda-benda langit yg terkait dgn nasib baik dan buruk manusia. ‎ 3- Astrometika, mempelajari ukuran benda langit dan jarak benda langit antara yg satu dgn lainnya. 5- Astronomekanika, menyelidiki keadaan gerakan-gerakan seperti rotasi, lintasan-lintasan benda langit, perubahan-perubahan dlm gerakan itu, dan hukum-hukum yg mempengaruhi gerakan-gerakan tersebut. 6- Astrofisika, menyelidiki ihwal benda-benda langit, suhunya, campuran atmosfer, dan sebagainya. ‎ 7- Kosmogoni, mempelajari dan menyelidiki bangun dan bentuk serta perubahan-perubahan jagat raya. 8- Kosmologi, mempelajari bentuk, tata himpunan, sifat-sifat, dan perluasan benda langit.‎
Ilmu falak yg berarti pengetahuan tentang bidang edar ni disebut jg kosmografi yg berarti "catatan tentang alam semesta" (kosmosi = alam semesta; graphien = menulis). disamping itu oleh karena kegiatan yg paling menonjol didalam ilmu ni adlh menghitung, maka jg sering disebut dgn ilmu hisab. ‎ Adapun kelompok yg termasuk dlm kategori Hisab mulai zaman dulu hingga moderen ni adlh sebagai berikut : ‎ 1. Hisab ‘Urfiy: untk memberikan perkiraan hari-hari terakhir bulan qomariah, seperti yg tercantum pd kalender jawa islam dari mataram yg mengabungkan bulan bulan arab dgn bahasa jawa antaranya: ‎ Bulan bulan Arob = Jawa:‎ 1. Muharrom = Suro, 2. Sofar = Sapar, 3. Robiul Awal = Mulud, 4. Robiul Akhir = Bakda Mulud, 5. Jumadil Awal = Jumadilawal, 6. Jumadil Akhir = Jumadilakir, 7. Rojab = Rejeb, 8. Sya’ban = Ruwah, 9. Romadhon = Poso, 10. Syawal = Sawal, 11. Dzulkaidah = Selo, 12. Dzulhijjah = Besar, / Dulkongidah / Dulkijah. ‎ Windu / 8 Tahun sekali: 1. alif, 2. ehe, 3. jim awal, 4. je, 5. dal, 6. be, 7. wau, 8. jim akhir ‎ Nama hari Indonesia = Jawa 1. Senin = Senen, 2. Selasa =Seloso, 3. Rabu= Rebo, 4. Kamis = Kemis, 5. Jumat = Jemuah, 6. Sabtu = Setu, 7. Minggu = Ahad ‎ Nama Pasaran Jawa / 5 Harian: 1. Legi, 2. Pahing, 3. Pon, 4. Wage, ‎ 5. Kliwon
Penentuan tanggal 1 bulan hijriyah ditentukan dgn table / hitungan pasti: ( ASAPON = Tahun Alif Selasa Pon ) ( HEKADPON = Tahun Ehe ahad pon ) (JIMAHPON = Tahun Jim jemuah pon ) dst. Maka tiap tahun bila tahun alif pasti awal Muharom = Suro adlh SELASA PON, bila tahun Ehe maka satu Muharom = Suro adlh AHAD PON = MINGGU PON, bila tahun JIM maka satu Muharom = Suro adlh JEMUAH PON = JUMAT PON dst. ‎ 2. Hisab Haqiqiy Bittaqribiy (=hisab konvensional); adlh untk memberikan pencarian jam-jam terakhir di bahagian akhir bulan qomariah. Contoh : seperti yg tercantum pd halaman kitab : ‎ a. Sullamun Nayyirain oleh Muhammad Manshur ibn Abd. Hamid ibn Muhammad ad-Damiri al- Batawi, dgn lokasi markaz observasinya kota Jakarta (=lintang : -06o 10’ LS, bujur : 106o 49’ BT ). Dengan Jazairul Khalidat (=garis bujur bumi) sebagai bujur standard 00 adlh Ujung Timur Amerika Latin / pd posisi bujur geografis : 350 11’ BB. b. Al Fathurrau fil Manan oleh Abu Hamdan ibn. Abd. Jalil ibn. Abd. Hamid al-Kudusy; dgn lokasi markaz observasinya kota Semarang (=lintang : -070 00’ LS, bujur : 1100 24’ BT ). c. Risalatul Qomarain oleh KH. Mawawi Muhammad Yunus al-Kadiriy; dgn lokasi markaz observasinya kota Kediri (=lintang : -070 49’ LS, bujur : 1120 00’ BT).
3. Hisab Haqiqiy Bittahqiqiy; adlh untk memberikan perkiraan menit-menit terakhir pd suatu jam di akhir bulan qomariah. Hisab Haqiqiy Tahqiqiy; Kelompok sistim ni menggunakan table-tabel yg sudah dikoreksi dan menggunakan perhitungan yg relative lebih rumit dari pd kelompok aliran Hisab Haqiqiy Taqribiy serta telah memakai ilmu ukur segitiga bola Contoh seperti yg tercantum dlm kitab: ‎ a. a.Badi’atul Mitsal oleh KH. Muhammad Ma’shum ibn. ‘Ali al-Jombangi; dgn lokasi markaz observasinya kota Jombang (Jawa Timur, lintang : -070 48’ LS, bujur : 1120 12’ BT ). b. Nurul Anwar oleh KH. Noor Ahmad Shadiq ibn. Saryani al-Jepara; dgn lokasi markaz observasinya kota Jepara (Jawa Tengah; lintang : -060 36’ LS, bujur : 1100 40’ BT ). ‎ 4. Hisab Kontemporer ; hampir sama dgn hisab haqiqiy bittahqiqiy, akan tetapi> ‎ Ilmu hisab falak adlh ilmu yg diajarkan Allah kepada hamba-Nya secara langsung, sekaligus sebagai bukti al-Qur'an kalam Allah bukan buatan Muhammad seorang yg ummi sebagaimana yg dituduhkan sebagian orang-orang kafir, sekaligus sebagai bukti kebenaran berita al-Qur'an yg merupakan mu'jizat sepanjang zaman. Dalil-dalil ni di antaranya:
الرحمن علم القرءان خلق الإنسان علمه البيان الشمس والقمر بحسبان (الرحمن:1-5)
(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al Qur'an. Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
هو الذي جعل الشمس ضياء والقمر نورا وقدره منازل لتعلموا عدد السنين والحساب ما خلق الله ذلك إلا بالحق يفصل الآيات لقوم يعلمون(يونس:5)
Dia-lah yg menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tak menciptakan yg demikian itu melainkan dgn hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yg mengetahui
Pendapat orang-orang yg mengatakan bahwa ilmu hisab bukan sebagai ilmu Islam justru bertentangan dgn banyak dalil dari al-Qur'an, dan jelas suatu pendustaan terhadap firman Allah.
Pandangan sebagian ulama terdahulu yg menentang hisab terutama muncul dari kalangan mereka yg kurang memahami Ilmu ni dan mengabaikan firman-firman Allah dlm al-Qur'an mengenai hisab dan ilmu pengetahuan lainnya yg kemudian diikuti fara muqallidin dari kalangan ulama khalaf yg mengikuti pendahulunya dgn menisbahkannya sebagai sunnah. Inilah yeng menjadi akar timbulnya pertentangan di kalangan ummat karena mereka telah meninggalkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasul.
Sikap penolakan terhadap ilmu hisab khususnya untk penetapan bulan-bulan 'ibadah terutama dilatarbelakangi oleh:
Ketidak-fahaman sebagian ulama (bukan ahli hisab) tentang hakikat ilmu hisab dan menganggapnya sebagai ilmu meramal yg tak bisa mencapai derajat yakin. Adanya anggapan bahwa ilmu hisab sebagai bagian dari ilmu peramalan nasib dgn bintang yg ditentang Islam, sehingga haram menggunakannya. Ketidak-fahaman para penentang hisab yg menganggap hisab sama-sekali lepas dari ru'yat dan menyalahi sabda-sabda Rasulullah tentang penetapan penanggalan Islam terutama bulan-bulan 'ibadah.
Alasan-alasan di atas dgn jelas ditentang oleh Allah seperti dlm dalil-dalil tersebut di atas, yg menyatakan bahwa sifat 'bi-husbaan' merupakan sunnatullah yg sama sekali berbeda dgn ilmu meramal nasib oleh para ahli nujum (astrologi), bahkan mendalami astronomi sangat dianjurkan oleh Allah Ta'ala.
Penolakan terhadap ketetapan Allah ni jelas-jelas merupakan kekufuran terhadap ayat-ayat Allah yg tak mungkin dilakukan oleh generasi awal ummat ini, dgn demikian terbantahlah anggapan bahwa telah adanya ijma' dari generasi awal ummat bahwa mereka menolak hisab. Yang benar adlh mereka belum menguasai ilmu hisab falak sehingga mereka tak sepenuhnya menggunakannya, sebagaimana yg akan kita bahas berikut ini.
Anggapan bahwa ilmu hisab sebagai bagian dari ilmu peramalan nasib dgn bintang yg ditentang Islam, sehingga haram menggunakannya sama sekali tak bisa dipertanggung-jawabkan dan bertentangan dgn firman Allah bahwa itu merupakan ketetapan-Nya yg haq (sunatullah) dan sama sekali tak sama dgn ilmu ramalan bintang. Pendapat ni muncul dari kebodohan orang tentang ilmu ni dan enggan untk mentafakuri ayat-ayat Allah tentang alam semesta, sebagaimana tersebut dlm firman Allah
إن في خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولي الألباب(190)الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم ويتفكرون في خلق السموات والأرض ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار (أل عمران: 191)
"Sesungguhnya dlm penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yg berakal, (yaitu) orang-orang yg mengingat Allah sambil berdiri / duduk / dlm keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ni dgn sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
Anggapan bahwa hisab sama-sekali lepas dari ru'yat dan menyalahi sabda-sabda Rasulullah tentang penetapan penanggalan Islam jelas suatu pendapat yg sangat keliru, karena ilmu hisab falak ni lahir dari serangkaian penelitian>
Al-Qur'an menekankan Hisab untk Penentuan Penanggalan
Landasan penanggalan kalender Islam (kalender hijriyyah) ditetapkan langsung oleh Allah dlm al-Qur'an dlm beberapa ayat yg terpisah-pisah.
إن عدة الشهور عند الله اثنا عشر شهرا في كتاب الله يوم خلق السموات والأرض منها أربعة حرم ذلك الدين القيم فلا تظلموا فيهن أنفسكم وقاتلوا المشركين كافة كما يقاتلونكم كافة واعلموا أن الله مع المتقين (التوبة:36)
Sesungguhnya bilangan bulan pd sisi Allah ialah dua belas bulan, dlm ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yg lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dlm bulan yg empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yg bertakwa.
Berdarakan ayat di atas, Allah Ta’ala mengajarkan kepada kita bagaimana kalender Islam seharusnya dibangun yg berbeda dgn kalender luni-solar yg sebelumnya digunakan oleh Arab pra Islam. Kalender Arab pra-Islam adlh kalender qamariyah yg disesuaikan dgn periode pergantian musim tahunan, sehingga setelah periode tertentu, satu tahun ada penambahan satu bulan untk menyesuaikan dgn musim tahunan. Bulan tersebut dikenal dgn bulan Nasi. Dan oleh Islam kebiasaan tersebut dibatalkan. Selanjutnya Allah berfirman:
إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ(التوبة:37)
Sesungguhnya an-nasi’ (mengundur-undurkan bulan haram) itu adlh menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yg kafir dgn mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pd suatu tahun dan mengharamkannya pd tahun yg lain, agar mereka dpt menyesuaikan dgn bilangan yg Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yg diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yg buruk itu. Dan Allah tak memberi petunjuk kepada orang-orang yg kafir.
Allah jg menegaskan bahwa wujud hilal-lah yg menjadi batas-batas berawal dan berakhirnya suatu bulan, yaitu hilal yg dpt disaksikan di akhir tiap bulan. Dan oleh karena pergantian hari kalender Islam adlh maghrib maka hilal tersebut adlh hilal yg muncul bersamaan dgn terbenamnya Matahari. Allah berfirman:
يسألونك عن الأهلة قل هي مواقيت للناس والحج (البقرة:189)
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adlh tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji
Allah menjelaskan suatu fenomena sekaligus mengajarkan bahwa Matahari dan bulan beredar mengikuti perhitungan.
الرحمن علم القرءان خلق الإنسان علمه البيان الشمس والقمر بحسبان (الرحمن:1-5)
(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al-Qur'an, Yang telah menciptakan manusia, Yang mengajarinya ilmu pengetahuan. Matahari dan bulan beredar mengikuti perhitungan.
Bahkan Allah menjelaskan bahwa sebagai akibat dari peredaran tersebut, fase-fase bulan terbentuk dan membentuk siklus bulanan. Allah berfirman:
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ(يس: 39)
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yg terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yg tua.
Fase dari hilal pertama ke hilal berikutnya dari satu siklus itulah yg dinamakan satu bulan. Allah Ta’ala menjelaskan bahwa terbentuknya fase-fase tadi merupakan suatu ketetapan Allah yg semuanya bisa diukur, bisa dihitung dan dengannyalah Allah mengajarkan ilmu bagaimana menghitung tahun dan menghisabnya kepada kita.
هو الذي جعل الشمس ضياء والقمر نورا وقدره منازل لتعلموا عدد السنين والحساب ما خلق الله ذلك إلا بالحق يفصل الآيات لقوم يعلمون إن في اختلاف الليل والنهار وما خلق الله في السموات والأرض لآيات لقوم يتقون(يونس:5-6)
Dia-lah yg menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tak menciptakan yg demikian itu melainkan dgn hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yg mengetahui. Sesungguhnya pd pertukaran malam dan siang itu dan pd apa yg diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yg bertakwa.
Allah menjelaskan dgn itu bukti-bukti kebenaran firmanNya, bahwa al-Qur'an adlh kalamullah mustahil dibuat oleh Muhammad saw seorang yg ummi melainkan semata-mata wahyu Allah yg diterimanya dan disampaikannya kepada ummatnya apa adanya.
Bukti-bukti ni memang pd masa-masa awal Islam belum bisa dipahami sepenuhnya oleh kaum muslimin karena kebanyakan dari mereka adlh kaum yg ummi, tapi al-Qur'an adlh mu’jizat sepanjang zaman yg akan membatalkan tiap tuduhan siapapun yg mengatakan al-Qur'an buatan Muhammad. Dan bukti-bukti ni telah terbukti bagi kita sekarang. Lalu apakah kita masih akan ragu dgn kebenaran al-Qur'an? Inilah mungkin rahasia yg terungkap dari turunnya ayat al-Qur'an surat Ali Imran 190-191.
إن في خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولي الألباب(190)الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم ويتفكرون في خلق السموات والأرض ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار (أل عمران:191)
"Sesungguhnya dlm penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yg berakal, (yaitu) orang-orang yg mengingat Allah sambil berdiri / duduk / dlm keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ni dgn sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
Dalam suatu riwayat dijelaskan setelah turun ayat ni Rasulullah terus menerus menangis sepanjang malam bahkan ketika Rasulullah melaksanakan shalat malam, hingga ketika waktu shubuh datang dan Rasulullah belum hadir Bilal mengunjunginya dan menanyakannya apa gerangan yg membuat seorang Rasul yg ma’shum menangis. Rasulullah menjawab turunnya ayat inilah yg membuatnya menangis. Lantas beliau mengatakan celakalah orang yg membacanya tapi tak mau mentafakurinya.
Rasulullah Mengajarkan Prinsip-prinsip Dasar Hisab
Penggunaan hisab ni sebagai dalil penentuan penanggalan qamariyah maupun waktu-waktu ibadah lainnya ditetapkan dan dijamin oleh Allah, tapi kaum muslimin saat itu bukanlah orang-orang yg bisa menghisab bulan. Pengetahuan ilmu hisab belum berkembang saat itu dikalangan kaum muslimin. Perhitungan yg dikenal dan dikuasai umumnya sebatas perhitungan-perhitungan sederhana yg biasa digunakan dlm transaksi jual-beli, takar-menakar, dan sebagainya. Untuk menentukan waktu harian mereka biasa melihat posisi Matahari; dan untk menentukan penanggalan, mereka melihat posisi dan fase bulan. Praktek ru’yat ni merupakan praktek yg sudah terbiasa dikalangan bangsa Arab pra Islam, tak ada yg asing dlm hal bagaimana meru’yat hilal, dan memahami perubahan fase-fase bulan. Mereka bisa secara langsung memprediksi tanggal berapa hanya dari melihat posisi dan fase bulan yg muncul.
Rasulullah menyampaikan sesuatu yg baru dlm menetapkan penanggalan dlm Islam sesuai ketentuan Allah. Beliau mengoreksi sistem penanggalan era pra-Islam yg mengenal adanya bulan ke-13 pd tahun-tahun tertentu dan menetapkan hanya ada 12 bulan dlm satu tahun sebagaimana telah dijelaskan di muka. Beliau jg menjelaskan dan memperkenalkan hisab secara sederhana dan bertahap tanpa secara langsung meninggalkan ru’yat. Apa yg dijelaskan Rasulullah adlh membimbing kaum muslimin bagaimana memahami hisab secara sederhana dgn menekankan pd kaidah-kaidah dasar yg harus dipenuhi, yg bisa dijadikan rujukan baik bagi kalangan awam maupun para ulama Islam berikutnya.
Berikut ni di antara dalil-dalil yg menceritakan panduan-panduan yg diajarkan Rasulullah untk menghisab bulan
Ilmu hisab jg disebut jg ilmu falak. Secara bahasa, falak berarti tempat peredaran bintang / benda langit. Ibnu Manzhur berkata: Falak adlh tempat peredaran bintang. Bentuk jamanya aflak. Sedang hisab secara bahasa bermakna menghitung.
Diantara penggunaan arti ni adlh firman Allah Ta’ala:‎
الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ‎
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Adapun secara istilah, yg dimaksud dgn ilmu hisab / ilmu falak adlh ilmu yg mempelajari tentang posisi benda-benda langit. Posisi benda langit yg dimaksud di sini adlh lebih khusus kepada posisi matahari dan bulan dilihat dari pengamat di bumi. Ilmu inilah yg saat ni dikenal dgn ilmu astronomi, meski cakupan astronomi lebih luas daripada sekedar ilmu hisab / falak.‎
Nashul Hadits‎
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ ، قَالَ : حَدَّثَنِي اللَّيْثُ ، عَنْ عُقَيْلٍ ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ : أَخْبَرَنِي سَالِمٌ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ : إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا ، وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, telah menceritakan kepada saya Al-Laits dari ‘Uqail dari Ibnu Syihab berkata, telah mengabarkan kepada saya Salim bin ‘Abdullah bin ‘Umar bahwa Ibnu’Umar radliallahu ‘anhuma berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Jika kamu melihatnya maka berpuasalah dan jika kamu melihatnya lagi maka berbukalah. Apabila kalian terhalang oleh awan maka perkirakanlah jumlahnya.‎
Selain hadits riwayat Imam Bukhari di atas, masih terdapat beberapa riwayat yg berkaitan dgn tema di antaranya dikeluarkan oleh Imam Muslim, Ashabus Sunan dan yg lainnya serta sekurang-kurangnya derajat hadits di atas masyhur jika di tinjau dari segi kuantitas. Adapun kualitas haditsnya tak diragukan lagi keshahihannya.‎
Hadis Mutabi’/Syawahid‎‎
وَحَدَّثَنِى زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما - قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّمَا الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ فَلاَ تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ وَلاَ تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا لَهُ. Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Isma’il dari Ayyub dari Nafi’ dari Ibnu Umar radliallahu ‘anhumaa, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhya hitungan bulan itu adlh dua puluh sembilan hari, maka janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihat Hilal, dan jangan pula berbuka hingga kalian melihatnya terbit kembali. Dan bila hilal itu tertutup dari pandangan kalian, maka kira-kiralah.‎
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ لَيْلَةً فَلَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ‎
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami Malik dari ‘Abdullah bin Dinar dari ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Satu bulan itu berjumlah dua puluh sembilan malam (hari) maka janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihatnya. Apabila kalian terhalang oleh awan maka sempurnakanlah jumlahnya menjadi tiga puluh.

وَحَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِى حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بِهَذَا الإِسْنَادِ وَقَالَ « فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا ثَلاَثِينَ »

Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Ubaidullah, dgn sanad ni dan berkata: Dan bila hilal itu tertutup dari pandangan kalian, maka sempurnakan tiga puluh. Selain hadits di atas, masih banyak riwayat lain yg tak disebutkan agar tak terlalu panjang tapi tetap tak mengurangi pemahaman kita terhadap hadits seputar hilal di atas. حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقَدَّمُوا الشَّهْرَ بِيَوْمٍ وَلَا بِيَوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يُوَافِقَ ذَلِكَ صَوْمًا كَانَ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَعُدُّوا ثَلَاثِينَ Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami ‘Abdah bin Sulaiman dari Muhammad bin Amru dari Abu Salamah dari Abu Hurairah dia berkata, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Janganlah kalian mendahului berpuasa sehari / dua hari (sebelum bulan Ramadlan) kecuali jika bertepatan dgn hari puasa yg biasa kalian lakukan, mulailah berpuasa setelah melihat hilal dan berbukalah dgn melihat hilal pula, jika cuaca mendung, maka genapkanlah puasa tiga puluh hari
Hadist muttafaq alaihi (diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim) yg berbunyi:
حدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ قَالَ قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ
"Berpuasalah kalian pd saat kalian telah melihatnya (bulan), dan berbukalah kalian jg di saat telah melihatnya (hilal bulan Syawal) Dan apabila tertutup mendung bagi kalian maka genapkanlah bulan Sya'ban menjadi 30 hari." (HR. Bukhari: 1776 dan Imam Muslim 5/354)
Dari hadist hadits diatas, jelas sekali bahwa Rasulullah SAW hanyalah menetapkan "melihat bulan" (rukyatul hilal) sebagai causa prima dari permulaan ibadah puasa dan permulaan Idul Fitri, dan bukan dgn sudah wujud tidaknya ataupun apalagi cara menghitungnya. Terbukti, dari penggalan kedua redaksi ucapan Rasulullah SAW di atas yg menyuruh menyempurnakan bulan Sya'ban sebanyak 30 hari apalagi tak berhasil melihat walaupun secara perhitungan astronomis (hisab) mungkin sudah ada.
Kenyataan yg terjadi pd masa Rasulullah SAW, bahwa beliau memerintahkan puasa langsung setelah datang kepada beliau persaksian seorang muslim tanpa menanyakan asal si saksi, apakah dia melihatnya di daerah mathla' yg sama dgn beliau / berjauhan. Sebagaimana dlm hadits:
جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي رَأَيْتُ الْهِلَالَ قَالَ الْحَسَنُ فِي حَدِيثِهِ يَعْنِي رَمَضَانَ فَقَالَ أَتَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ قَالَ نَعَمْ قَالَ أَتَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ قَالَ نَعَمْ قَالَ يَا بِلَالُ أَذِّنْ فِي النَّاسِ فَلْيَصُومُوا غَدًا
"Datang seorang Badui ke Rasulullah SAW seraya berkata: Sesungguhnya aku telah melihat hilal. (Hasan, perawi hadits menjelaskan bahwa hilal yg dimaksud sang badui yaitu hilal Ramadhan). Rasulullah SAW bersabda: Apakah kamu bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah? Dia berkata: Benar. Beliau meneruskan pertanyaannya seraya berkata: Apakah kau bersaksi bahwa Muhammad adlh utusan Allah? Dia berkata: Ya benar. Kemudian Rasulullah memerintahkan orang-orang untk berpuasa besok." (HR Abu Daud 283/6)
Sumber Khilafiah Sebagian ulama termasuk di Indonesia menjadikan hadits di atas sebagai landasan di perbolehkannya ilmu hisab dlm menentukan bulan Ramadhan dan ‘Idain (‘Idul fitri & ‘Idul Adha) dgn beristidlal bahwa makna فَاقْدُرُوا لَهُ adlh maka perkirakanlah.‎
Para ulama berselisih pendapat mengenai makna فَاقْدُرُوا لَهُ menjadi beberapa pendapat, yaitu:

1)menyempurnakan, sebagaimana pd firman Allah Ta’ala: ...إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ‎ Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yg dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan bagi segala sesuatu ketetapan yg sempurna.

2)menyempitkan, firman Allah Ta’ala: ‎ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ ‎ Adapun apabila Tuhannya mengujinya lalu menyempitkan rizkinya maka ia berkata: Tuhanku menghinakanku.
3)menentukan, firman Allah Ta’ala: فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ ‎ Lalu kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yg menentukan. Adapun ulama yg beranggapan bahwa فَاقْدُرُوا لَهُ dgn makna memperkirakan dgn ilmu hisab beralasan dgn sabda Nabi sallahu ‘alaihi wasallam yg panjang tentang Dajjal. Yang di antaranya disebutkan bahwa para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, berapa lama dia tinggal di muka bumi? Maka Rasulullah menjawab:‎
« أَرْبَعُونَ يَوْمًا يَوْمٌ كَسَنَةٍ وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ وَيَوْمٌ كَجُمُعَةٍ وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ ». فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى كَسَنَةٍ أَتَكْفِينَا فِيهِ صَلاَةُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ قَالَ « لاَ اقْدُرُوا لَهُ قَدْرَهُ ... Empat puluh hari. Satu hari seakan setahun, dan sehari seakan sebulan, dan sehari seakan sepekan dan hari-harinya dia sama sebagaimana hari-hari kalian. Kami bertanya lagi, Wahai Rasulullah, pd hari yg seakan satu tahun, apakah shalat kami akan mencukupi untk waktu sehari semalam? beliau menjawab: Tidak, tapi kira-kiralah (setiap waktu shalat).
Metode Jam’u Ar-Riwayat (Sebuah Analisis) Sudah merupakan suatu yg mapan dlm ilmu mustholah hadits dan ushul fiqh bahwa apabila sebuah hadits diriwayatkan dgn beberapa riwayat, maka wajib menggabungkan semua riwayat tersebut apabila menuju pd suatu makna yg sama. Apabila tak demikian, maka akan terjerumus dlm kesalahan memahami makna sebuah hadits. Pada kasus ini, jika kita menelaah riwayat-riwayat hadits tentang hilal ni niscaya akan kita temukan banyak riwayat, yaitu: فَاقْدِرُوا ثَلاَثِي Maka sempurnakan tiga puluh hari فَاقْدُرُوا لَهُ ثَلَاثِينَ Maka sempurnakan baginya tiga puluh hari فَعُدُّوا ثَلَاثِينَ Maka hitunglah tiga puluh فَاقْدِرُوا لَهُ Maka Taqdirkanlah

Dari semua riwayat di atas, hanya satu riwayat terakhir yg bisa di bawa pd arti perkirakanlah. Namun, membawa lafazh ni pd arti perkirakanlah sangat jauh karena riwayat-riwayat lainnya sangat tegas bahwa makna taqdir di sini berarti menyempurnakan hitungan menjadi tiga puluh hari.

Pendapat Ulama
Dalam kitab Fathul Qodir fiqh madzhab Hanafi pd jilid ke 4 hal 291 dijelaskan:
وَإِذَا ثَبَتَ فِي مِصْرَ لَزِمَ سَائِرَ النَّاسِ فَيَلْزَمُ أَهْلَ الْمَشْرِقِ بِرُؤْيَةِ أَهْلِ الْمَغْرِبِ فِي ظَاهِرِ الْمَذْهَبِ
"Apabila telah ditetapkan bahwa hilal telah terlihat di sebuah kota, maka wajib hukumnya penduduk yg tinggal di belahan bumi Timur untk mengikuti ketetapan ru'yah yg telah diambil kaum muslimin yg berada di belahan bumi Barat".
Dalam ta'bir di atas telah dijelaskan bahwa wajib hukumnya bagi umat Islam yg tinggal di daerah Timur untk mengikuti ketetapan ru'yah yg telah diambil oleh kaum muslimin di wilayah Barat. Dan sebaliknya, apabila mereka yg tinggal di wilayah Timur terlebih dahulu telah melihat dan menetapkannya, maka kewajibannya lebih utama karena secara otomatis umat Islam bag

other source : http://wiyonggoputih.blogspot.com, http://news.detik.com, http://solopos.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini