Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani - SHALAT

Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani jonygoblog.blogspot.com - Sewaktu kecil , ada malaikat yg selalu datang kepadaku tiap hari dlm rupa pemuda tampan. Ia menemaniku ketika aku berjalan menuju madrasah dan membuat teman-temanku selalu mengutamakan diriku seharian hingga aku pulang. Dalam sehari, aku peroleh lebih banyak daripada yg diperoleh teman-teman sebayaku selama satu minggu.
Aku tak tak pernah mengenali pemuda itu. Di saat yg lain, ketika aku bertanya kepadanya, ia menjawab: Aku adlh malaikat yg diutus Allah. Dia mengutusku untk melindungimu selama engkau belajar.
Itulah sepenggal kisah Syaikh Abdul Qadir al-Jailani tentang pengalamannya pd masa kecil.
Kelahiran Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani
Beliau lahir pd tahun 470 H. (1077-1078 M) di al-Jil (disebut jg Jailan dan Kilan), kini termasuk wilayah Iran. Tahun kelahirannya ni didasarkan atas ucapannya kepada putranya bahwa ia berusia 18 tahun ketika tiba di Baghdad, bertepatan dgn wafatnya seorang ulama terkenal , at-Tamimi, pd tahun 488 H.
Tahun itu jg bertepatan dgn keputusan Imam Abu Hamid al-Ghazali untk meninggalkan tugasnya mengajar di Universitas Nidzamiah, Baghdad. Sang imam ternyata lebih memilih uzlah.
Penentuan Awal Ramadhan Melalui Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani saat Balitanya
Ibunya, Ummul Khair Fatimah binti Syaikh Abdullah Sumi, adlh keturunan Rasulullah Saw. Beliau pernah menuturkan: Anakku , Abdul Qadir , lahir di bulan Ramadhan. Pada siang hari bulan Ramadhan, bayiku itu tak pernah mau diberi makan.
Dikisahkan pd suatu Ramadhan ketika Abdul Qadir masih bayi, orang-orang tak dpt melihat hilal karena tertutup awan. Akhirnya untk menentukan awal puasa, mereka mendatangi rumah Ummul Khair dan menanyakan apakah bayinya sudah makan hari itu. Saat mengetahui bayi itu tak mau makan, mereka yakin bahwa Ramadhan telah tiba.
Dalam kesempatan lain Syaikh Abdul Qadir al-Jailani bercerita: Setiap kali terlintas keinginan untk bermain bersama teman-temanku, aku selalu mendengar bisikan: Jangan bermain, tetapi datanglah kepadaku wahai hamba yg dirahmati. Karena takut, aku berlari ke dlm pelukan ibu. Kini, meskipun aku beribadah dan berkhalwat dgn khusyuk, aku tak pernah bisa mendengar suara itu sejelas dulu.
Tauladan Kejujuran Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani
Ketika ditanya mengenai apa yg menghantarkannya kepada maqam ruhani yg tinggi, beliau menjawab: Kejujuran yg pernah kujanjikan kepada ibuku. Kemudian Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menuturkan kisah berikut:
Pada suatu pagi di hari raya Idul Adha, aku pergi ke ladang untk membantu bertani. Ketika berjalan di belakang keledai, tiba-tiba hewan itu menoleh dan memandangku, lalu berkata: Kau tercipta bukan untk hal semacam ini. Mendengar hewan itu berkata-kata, aku sangat ketakutan. Aku segera berlari pulang dan naik ke atap rumah. Ketika memandang ke depan, kulihat dgn jelas para jamaah haji sedang wukuf di Arafah.
Kudatangi ibuku dan memohon kepadanya: Izinkanlah aku menempuh jalan kebenaran, biarkan aku pergi mencari ilmu bersama para bijak bestari dan orang-orang yg dekat dgn allah.
Ketika ibuku menanyakan alasan keinginanku yg tiba-tiba, kuceritakan apa yg terjadi. Mendengar penuturanku, ia menangis dgn sedih. Namun, ia keluarkan delapan puluh keping emas, harta satu-satunya warisan ayahku. Ia sisihkan empat puluh keping untk saudaraku. Empat puluh keping lainnya dijahitkannya di bagian lengan mantelku. Ia memberiku izin untk pergi seraya berwasiat agar aku selalu bersikap jujur apapun yg terjadi.
Sebelum berpisah ibuku berkata: Anakku, semoga Allah menjaga dan membimbingmu. Aku ikhlas melepas buah hatiku karena Allah. Aku sadar aku takkan bertemu lagi denganmu hingga hari kiamat.
Aku ikut kafilah kecil menuju Baghdad. Baru saja meninggalkan kota Hamadan, sekelompok perampok, yg terdiri atas enam puluh orang berkuda, menghadang kami. Mereka merampas semua anggota kafilah. Salah seorang perampok mendekatiku dan bertanya: Anak muda apa yg kau miliki? Kukatakan bahwa aku punya empat puluh keping emas.
Ia bertanya lagi: Di mana? Kukatakan di bawah ketiakku.
Ia tertawa-tawa dan pergi meninggalkanku. Perampok lainnya menghampiriku dan menanyakan hal yg sama. Aku menjawab sejujurnya. Tetapi seperti kawannya, ia pun pergi sambil tertawa-tawa mengejek.
Kedua perampok itu mungkin melaporkanku kepada pimpinannya, karena tak lama kemudian pimpinan gerombolan itu memanggilku agar mendekati mereka yg sedang membagi-bagi hasil rampokan. Si pimpinan bertanya apakah aku memiliki harta. Kujawab bahwa aku punya empat puluh keping emas yg dijahitkan di bagian lengan mantelku.
Akhirnya ia menyobeknya dan ia temukan keping-keping emas itu. Keheranan, ia bertanya: Mengapa engkau meberi tahu kami, padahal hartamu itu aman tersembunyi?
Jawabku: Aku harus berkata jujur karena telah berjanji kepada ibuku untk selalu bersikap jujur.
Mendengar jawabanku, pimpinan perampok itu tersungkur menangis. Ia berkata: Aku ingat janjiku kepada Dia yg telah menciptakanku. Selama ni aku telah merampas harta orang dan membunuh. Betapa besar bencana yg akan menimpaku!?
Anak buahnya yg menyaksikan kejadian itu berkata: Kau memimpin kami dlm dosa. Kini, pimpinlah kami dlm taubat!
Keenam puluh orang itu memegang tanganku dan bertaubat. Mereka adlh sekelompok pertama yg memegang tanganku dan mendapat ampunan atas dosa-dosa mereka.
Perjumpaan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dgn Nabi Khidhir di Baghdad
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berusia delapan belas tahun ketika tiba di Baghdad. Saat tiba di gerbang kota, Nabi Khidhir muncul dan melarangnya memasuki kota. Nabi Khidhir mengatakan bahwa Allah melarangnya memasuki kota itu selama enam tahun. Kemudian Nabi Khidhir membawanya ke sebuah bangunan tua dan berkata: Tinggallah di sini dan jangan pergi meninggalkan tempat ini.
Akhirnya beliau menetap di sana selama tiga tahun. Setiap tahun Nabi Khidhir datang dan memerintahkannya menetap di sana. Wallahu a'alam
Insya Allah bersambung

Komentar

Postingan populer dari blog ini